Pages

Monday 18 November 2013

Fenomena Upwelling dan proses pembentukannya

Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988), proses upwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
1.    Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan.
2.    Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya. Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena adanya divergensi pada perairan laut tersebut.
3.    Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.
       Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik ke permukaan.  (Nontji, 1993).
Menurut Sahala dan Stewert (1985), proses upwelling merupakan suatu proses dimana massa air laut dalam didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 hingga 200 meter yang terjadi di sepanjang pantai di banyak benua. Karena pada  umumnya pergerakan arus selalu membentuk sudut baik dari maupun ke arah laut sebagai efek dari gaya Coriolis dan divergensi Ekman, sehingga akan menyebabkan terjadinya aliran air laut yang menjauhi garis pantai. Akibatnya akan terjadi kekosongan massa air laut di bagian permukaan yang kemudian massa air yang berada di bagian dalam akan bergerak naik ke atas untuk mengisi kekosongan di permukaan.
Dalam referensi lain (Dahuri, 1996) menyebutkan, bahwa upwelling dapat terjadi di daerah pantai maupun di laut lepas. Untuk daerah pantai, upwelling  terjadi akibat massa air pada lapisan permukaan mengalir menjauhi pantai. Dan pada daerah laut lepas, upwelling terjadi karena adanya pola arus permukaan yang menyebar (divergence) akibat efek Ekman, sehingga massa air pada lapisan bawah permukaan mengalir naik ke atas dan mengisi kekosongan pada bagian permukaan. Untuk proses ini dapat ditandai dengan turunnya temperatur permukaan laut yang menonjol (sekitar 2°C untuk wilayah tropis dan >2°C untuk wilayah sub-tropis).
Keadaan tofografi dasar perairan Indonesia sangat beragam. Ketidakteraturan tofografi dasar perairan Indonesia ini antara lain disebabkan oleh banyaknya pulau, penyempitan atau pelebaran selat, juga banyak terdapat “sill” di mulut cekungan laut (HASANUDIN,1998). Aliran massa air yang semula tampak sederhana menjadi tidak sederhana lagi. Hal ini juga berpengaruh terhadap proses upwelling, seperti yang terjadi di bagian Barat Laut Flores, tetapnya di sebelah selatan Sulawesi (Hasannudin,1998).

Share:

1 comment:

  1. as the good news what i am read thiss :) thanks your information

    ReplyDelete

© This is Indonesia All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates